Soal nomor 5:
Di sebuah kota kecil yang dikelilingi perbukitan, tinggal seorang anak bernama Dimas yang dikenal pemalu dan jarang berbicara dengan teman-temannya. Setiap hari, ia hanya pergi ke sekolah dan langsung pulang ke rumah. Ia lebih suka membaca buku di kamarnya daripada bermain bersama anak-anak lain. Ibunya sering mengajaknya untuk bersosialisasi, tetapi Dimas merasa canggung dan takut ditertawakan.
Suatu hari, guru Bahasa Indonesia di sekolahnya memberi tugas kelompok membuat drama pendek berdasarkan cerita rakyat. Dimas awalnya tidak ingin ikut serta, tetapi karena aturan tugas wajib berkelompok, ia akhirnya bergabung dengan tiga teman sekelasnya. Awalnya, Dimas hanya menjadi penulis naskah, tetapi salah satu temannya yang menjadi pemeran utama jatuh sakit sehari sebelum pertunjukan. Dengan terpaksa, Dimas diminta menggantikannya karena ia yang paling memahami cerita.
Malam sebelum pentas, Dimas gelisah dan hampir menyerah. Namun, ibunya menyemangati bahwa keberanian dimulai saat seseorang mengalahkan rasa takutnya sendiri. Dengan dukungan teman-teman, Dimas akhirnya tampil di panggung. Meski awalnya gugup, lama-kelamaan ia mulai menikmati perannya. Setelah pertunjukan selesai, seluruh penonton memberikan tepuk tangan meriah. Sejak hari itu, Dimas berubah menjadi lebih percaya diri, aktif berdiskusi di kelas, dan bahkan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler teater.
Apa yang dikatakan ibu Dimas untuk memberinya semangat?