Simulasi Soal TKA

Mapel: Bahasa Indonesia | Jenjang: SMP MTs

Menilai Akurasi Dan Kesesuaian Informasi Antar Teks Naratif
Sedang dikerjakan Sudah dijawab Ragu-ragu Belum dijawab
0%
Soal nomor 1:
Matahari sudah meninggi saat Dina berlari kecil menuju halte bus. Di tangannya, sebuah map berisi dokumen lamaran kerja hampir terlepas karena angin pagi yang cukup kencang. Hari itu adalah hari ketiga ia berusaha mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Semangatnya masih menyala, meski dua hari sebelumnya ia ditolak dengan alasan “kurang pengalaman”. Di dalam bus, Dina duduk di samping seorang ibu paruh baya yang tampak lelah. Dari percakapan mereka, Dina tahu bahwa ibu itu bernama Bu Sri, seorang penjual sayur keliling yang harus berjalan kaki berkilometer setiap hari. Dina tertegun saat mendengar kisah hidup Bu Sri. Dalam hati, ia merasa bahwa perjuangannya belum ada apa-apanya dibandingkan Bu Sri. Sore hari, Dina pulang dengan langkah lesu setelah wawancara yang tampak tidak meyakinkan. Namun, saat melihat Bu Sri masih berjualan di pinggir jalan dengan senyum ramah kepada setiap pembeli, Dina merasa dirinya kembali disemangati. Ia membeli dua ikat bayam meski tak benar-benar membutuhkannya, hanya untuk berbagi semangat. Di kamarnya malam itu, Dina menulis di jurnal pribadinya: “Aku tidak gagal hari ini, aku sedang belajar. Dari Bu Sri, aku belajar bahwa kerja keras bukan soal hasil, tapi soal keteguhan hati.” Ia menyadari, hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga tentang memahami perjalanan dan belajar dari siapa pun, bahkan dari pertemuan singkat di bus.

Apa yang menjadi latar belakang utama Dina dalam cerita ini?

Soal nomor 2:
Matahari sudah meninggi saat Dina berlari kecil menuju halte bus. Di tangannya, sebuah map berisi dokumen lamaran kerja hampir terlepas karena angin pagi yang cukup kencang. Hari itu adalah hari ketiga ia berusaha mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Semangatnya masih menyala, meski dua hari sebelumnya ia ditolak dengan alasan “kurang pengalaman”. Di dalam bus, Dina duduk di samping seorang ibu paruh baya yang tampak lelah. Dari percakapan mereka, Dina tahu bahwa ibu itu bernama Bu Sri, seorang penjual sayur keliling yang harus berjalan kaki berkilometer setiap hari. Dina tertegun saat mendengar kisah hidup Bu Sri. Dalam hati, ia merasa bahwa perjuangannya belum ada apa-apanya dibandingkan Bu Sri. Sore hari, Dina pulang dengan langkah lesu setelah wawancara yang tampak tidak meyakinkan. Namun, saat melihat Bu Sri masih berjualan di pinggir jalan dengan senyum ramah kepada setiap pembeli, Dina merasa dirinya kembali disemangati. Ia membeli dua ikat bayam meski tak benar-benar membutuhkannya, hanya untuk berbagi semangat. Di kamarnya malam itu, Dina menulis di jurnal pribadinya: “Aku tidak gagal hari ini, aku sedang belajar. Dari Bu Sri, aku belajar bahwa kerja keras bukan soal hasil, tapi soal keteguhan hati.” Ia menyadari, hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga tentang memahami perjalanan dan belajar dari siapa pun, bahkan dari pertemuan singkat di bus.

Informasi baru apa yang Dina dapatkan dari pertemuannya dengan Bu Sri?

Soal nomor 3:
Matahari sudah meninggi saat Dina berlari kecil menuju halte bus. Di tangannya, sebuah map berisi dokumen lamaran kerja hampir terlepas karena angin pagi yang cukup kencang. Hari itu adalah hari ketiga ia berusaha mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Semangatnya masih menyala, meski dua hari sebelumnya ia ditolak dengan alasan “kurang pengalaman”. Di dalam bus, Dina duduk di samping seorang ibu paruh baya yang tampak lelah. Dari percakapan mereka, Dina tahu bahwa ibu itu bernama Bu Sri, seorang penjual sayur keliling yang harus berjalan kaki berkilometer setiap hari. Dina tertegun saat mendengar kisah hidup Bu Sri. Dalam hati, ia merasa bahwa perjuangannya belum ada apa-apanya dibandingkan Bu Sri. Sore hari, Dina pulang dengan langkah lesu setelah wawancara yang tampak tidak meyakinkan. Namun, saat melihat Bu Sri masih berjualan di pinggir jalan dengan senyum ramah kepada setiap pembeli, Dina merasa dirinya kembali disemangati. Ia membeli dua ikat bayam meski tak benar-benar membutuhkannya, hanya untuk berbagi semangat. Di kamarnya malam itu, Dina menulis di jurnal pribadinya: “Aku tidak gagal hari ini, aku sedang belajar. Dari Bu Sri, aku belajar bahwa kerja keras bukan soal hasil, tapi soal keteguhan hati.” Ia menyadari, hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga tentang memahami perjalanan dan belajar dari siapa pun, bahkan dari pertemuan singkat di bus.

Bagaimana perbandingan semangat hidup antara Dina dan Bu Sri dalam teks tersebut?

Soal nomor 4:
Matahari sudah meninggi saat Dina berlari kecil menuju halte bus. Di tangannya, sebuah map berisi dokumen lamaran kerja hampir terlepas karena angin pagi yang cukup kencang. Hari itu adalah hari ketiga ia berusaha mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Semangatnya masih menyala, meski dua hari sebelumnya ia ditolak dengan alasan “kurang pengalaman”. Di dalam bus, Dina duduk di samping seorang ibu paruh baya yang tampak lelah. Dari percakapan mereka, Dina tahu bahwa ibu itu bernama Bu Sri, seorang penjual sayur keliling yang harus berjalan kaki berkilometer setiap hari. Dina tertegun saat mendengar kisah hidup Bu Sri. Dalam hati, ia merasa bahwa perjuangannya belum ada apa-apanya dibandingkan Bu Sri. Sore hari, Dina pulang dengan langkah lesu setelah wawancara yang tampak tidak meyakinkan. Namun, saat melihat Bu Sri masih berjualan di pinggir jalan dengan senyum ramah kepada setiap pembeli, Dina merasa dirinya kembali disemangati. Ia membeli dua ikat bayam meski tak benar-benar membutuhkannya, hanya untuk berbagi semangat. Di kamarnya malam itu, Dina menulis di jurnal pribadinya: “Aku tidak gagal hari ini, aku sedang belajar. Dari Bu Sri, aku belajar bahwa kerja keras bukan soal hasil, tapi soal keteguhan hati.” Ia menyadari, hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga tentang memahami perjalanan dan belajar dari siapa pun, bahkan dari pertemuan singkat di bus.

Isi jurnal Dina di akhir cerita menunjukkan bahwa ia…

Soal nomor 5:
Matahari sudah meninggi saat Dina berlari kecil menuju halte bus. Di tangannya, sebuah map berisi dokumen lamaran kerja hampir terlepas karena angin pagi yang cukup kencang. Hari itu adalah hari ketiga ia berusaha mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Semangatnya masih menyala, meski dua hari sebelumnya ia ditolak dengan alasan “kurang pengalaman”. Di dalam bus, Dina duduk di samping seorang ibu paruh baya yang tampak lelah. Dari percakapan mereka, Dina tahu bahwa ibu itu bernama Bu Sri, seorang penjual sayur keliling yang harus berjalan kaki berkilometer setiap hari. Dina tertegun saat mendengar kisah hidup Bu Sri. Dalam hati, ia merasa bahwa perjuangannya belum ada apa-apanya dibandingkan Bu Sri. Sore hari, Dina pulang dengan langkah lesu setelah wawancara yang tampak tidak meyakinkan. Namun, saat melihat Bu Sri masih berjualan di pinggir jalan dengan senyum ramah kepada setiap pembeli, Dina merasa dirinya kembali disemangati. Ia membeli dua ikat bayam meski tak benar-benar membutuhkannya, hanya untuk berbagi semangat. Di kamarnya malam itu, Dina menulis di jurnal pribadinya: “Aku tidak gagal hari ini, aku sedang belajar. Dari Bu Sri, aku belajar bahwa kerja keras bukan soal hasil, tapi soal keteguhan hati.” Ia menyadari, hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga tentang memahami perjalanan dan belajar dari siapa pun, bahkan dari pertemuan singkat di bus.

Peristiwa Dina membeli sayur dari Bu Sri meski tak membutuhkannya menggambarkan…

Soal nomor 6:
Matahari sudah meninggi saat Dina berlari kecil menuju halte bus. Di tangannya, sebuah map berisi dokumen lamaran kerja hampir terlepas karena angin pagi yang cukup kencang. Hari itu adalah hari ketiga ia berusaha mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Semangatnya masih menyala, meski dua hari sebelumnya ia ditolak dengan alasan “kurang pengalaman”. Di dalam bus, Dina duduk di samping seorang ibu paruh baya yang tampak lelah. Dari percakapan mereka, Dina tahu bahwa ibu itu bernama Bu Sri, seorang penjual sayur keliling yang harus berjalan kaki berkilometer setiap hari. Dina tertegun saat mendengar kisah hidup Bu Sri. Dalam hati, ia merasa bahwa perjuangannya belum ada apa-apanya dibandingkan Bu Sri. Sore hari, Dina pulang dengan langkah lesu setelah wawancara yang tampak tidak meyakinkan. Namun, saat melihat Bu Sri masih berjualan di pinggir jalan dengan senyum ramah kepada setiap pembeli, Dina merasa dirinya kembali disemangati. Ia membeli dua ikat bayam meski tak benar-benar membutuhkannya, hanya untuk berbagi semangat. Di kamarnya malam itu, Dina menulis di jurnal pribadinya: “Aku tidak gagal hari ini, aku sedang belajar. Dari Bu Sri, aku belajar bahwa kerja keras bukan soal hasil, tapi soal keteguhan hati.” Ia menyadari, hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga tentang memahami perjalanan dan belajar dari siapa pun, bahkan dari pertemuan singkat di bus.

Apa makna dari kalimat “Aku tidak gagal hari ini, aku sedang belajar” dalam konteks cerita?

Soal nomor 7:
Matahari sudah meninggi saat Dina berlari kecil menuju halte bus. Di tangannya, sebuah map berisi dokumen lamaran kerja hampir terlepas karena angin pagi yang cukup kencang. Hari itu adalah hari ketiga ia berusaha mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Semangatnya masih menyala, meski dua hari sebelumnya ia ditolak dengan alasan “kurang pengalaman”. Di dalam bus, Dina duduk di samping seorang ibu paruh baya yang tampak lelah. Dari percakapan mereka, Dina tahu bahwa ibu itu bernama Bu Sri, seorang penjual sayur keliling yang harus berjalan kaki berkilometer setiap hari. Dina tertegun saat mendengar kisah hidup Bu Sri. Dalam hati, ia merasa bahwa perjuangannya belum ada apa-apanya dibandingkan Bu Sri. Sore hari, Dina pulang dengan langkah lesu setelah wawancara yang tampak tidak meyakinkan. Namun, saat melihat Bu Sri masih berjualan di pinggir jalan dengan senyum ramah kepada setiap pembeli, Dina merasa dirinya kembali disemangati. Ia membeli dua ikat bayam meski tak benar-benar membutuhkannya, hanya untuk berbagi semangat. Di kamarnya malam itu, Dina menulis di jurnal pribadinya: “Aku tidak gagal hari ini, aku sedang belajar. Dari Bu Sri, aku belajar bahwa kerja keras bukan soal hasil, tapi soal keteguhan hati.” Ia menyadari, hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga tentang memahami perjalanan dan belajar dari siapa pun, bahkan dari pertemuan singkat di bus.

Peristiwa Bu Sri tetap tersenyum meski lelah menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang…

Soal nomor 8:
Matahari sudah meninggi saat Dina berlari kecil menuju halte bus. Di tangannya, sebuah map berisi dokumen lamaran kerja hampir terlepas karena angin pagi yang cukup kencang. Hari itu adalah hari ketiga ia berusaha mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Semangatnya masih menyala, meski dua hari sebelumnya ia ditolak dengan alasan “kurang pengalaman”. Di dalam bus, Dina duduk di samping seorang ibu paruh baya yang tampak lelah. Dari percakapan mereka, Dina tahu bahwa ibu itu bernama Bu Sri, seorang penjual sayur keliling yang harus berjalan kaki berkilometer setiap hari. Dina tertegun saat mendengar kisah hidup Bu Sri. Dalam hati, ia merasa bahwa perjuangannya belum ada apa-apanya dibandingkan Bu Sri. Sore hari, Dina pulang dengan langkah lesu setelah wawancara yang tampak tidak meyakinkan. Namun, saat melihat Bu Sri masih berjualan di pinggir jalan dengan senyum ramah kepada setiap pembeli, Dina merasa dirinya kembali disemangati. Ia membeli dua ikat bayam meski tak benar-benar membutuhkannya, hanya untuk berbagi semangat. Di kamarnya malam itu, Dina menulis di jurnal pribadinya: “Aku tidak gagal hari ini, aku sedang belajar. Dari Bu Sri, aku belajar bahwa kerja keras bukan soal hasil, tapi soal keteguhan hati.” Ia menyadari, hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga tentang memahami perjalanan dan belajar dari siapa pun, bahkan dari pertemuan singkat di bus.

Informasi tentang Bu Sri memperkuat tema cerita tentang…

Soal nomor 9:
Matahari sudah meninggi saat Dina berlari kecil menuju halte bus. Di tangannya, sebuah map berisi dokumen lamaran kerja hampir terlepas karena angin pagi yang cukup kencang. Hari itu adalah hari ketiga ia berusaha mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Semangatnya masih menyala, meski dua hari sebelumnya ia ditolak dengan alasan “kurang pengalaman”. Di dalam bus, Dina duduk di samping seorang ibu paruh baya yang tampak lelah. Dari percakapan mereka, Dina tahu bahwa ibu itu bernama Bu Sri, seorang penjual sayur keliling yang harus berjalan kaki berkilometer setiap hari. Dina tertegun saat mendengar kisah hidup Bu Sri. Dalam hati, ia merasa bahwa perjuangannya belum ada apa-apanya dibandingkan Bu Sri. Sore hari, Dina pulang dengan langkah lesu setelah wawancara yang tampak tidak meyakinkan. Namun, saat melihat Bu Sri masih berjualan di pinggir jalan dengan senyum ramah kepada setiap pembeli, Dina merasa dirinya kembali disemangati. Ia membeli dua ikat bayam meski tak benar-benar membutuhkannya, hanya untuk berbagi semangat. Di kamarnya malam itu, Dina menulis di jurnal pribadinya: “Aku tidak gagal hari ini, aku sedang belajar. Dari Bu Sri, aku belajar bahwa kerja keras bukan soal hasil, tapi soal keteguhan hati.” Ia menyadari, hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga tentang memahami perjalanan dan belajar dari siapa pun, bahkan dari pertemuan singkat di bus.

Dina belajar sesuatu yang penting dari interaksinya dengan Bu Sri. Hal ini menunjukkan pentingnya…

Soal nomor 10:
Matahari sudah meninggi saat Dina berlari kecil menuju halte bus. Di tangannya, sebuah map berisi dokumen lamaran kerja hampir terlepas karena angin pagi yang cukup kencang. Hari itu adalah hari ketiga ia berusaha mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Semangatnya masih menyala, meski dua hari sebelumnya ia ditolak dengan alasan “kurang pengalaman”. Di dalam bus, Dina duduk di samping seorang ibu paruh baya yang tampak lelah. Dari percakapan mereka, Dina tahu bahwa ibu itu bernama Bu Sri, seorang penjual sayur keliling yang harus berjalan kaki berkilometer setiap hari. Dina tertegun saat mendengar kisah hidup Bu Sri. Dalam hati, ia merasa bahwa perjuangannya belum ada apa-apanya dibandingkan Bu Sri. Sore hari, Dina pulang dengan langkah lesu setelah wawancara yang tampak tidak meyakinkan. Namun, saat melihat Bu Sri masih berjualan di pinggir jalan dengan senyum ramah kepada setiap pembeli, Dina merasa dirinya kembali disemangati. Ia membeli dua ikat bayam meski tak benar-benar membutuhkannya, hanya untuk berbagi semangat. Di kamarnya malam itu, Dina menulis di jurnal pribadinya: “Aku tidak gagal hari ini, aku sedang belajar. Dari Bu Sri, aku belajar bahwa kerja keras bukan soal hasil, tapi soal keteguhan hati.” Ia menyadari, hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga tentang memahami perjalanan dan belajar dari siapa pun, bahkan dari pertemuan singkat di bus.

Manakah pernyataan yang paling sesuai dengan pesan moral dari cerita tersebut?