Simulasi Soal TKA

Mapel: Bahasa Indonesia | Jenjang: SMP MTs

Menyimpulkan Ide Pokok Tokoh Dan Nilai Dalam Teks Naratif
Sedang dikerjakan Sudah dijawab Ragu-ragu Belum dijawab
0%
Soal nomor 1:
Di sebuah desa yang terletak di lereng pegunungan, tinggal seorang pemuda bernama Raka. Ia dikenal sebagai anak yang rajin, namun pendiam. Sehari-hari ia membantu orang tuanya bertani, sambil sesekali membaca buku yang ia pinjam dari sekolah. Raka sangat menyukai cerita-cerita petualangan. Baginya, kisah-kisah itu menjadi jendela untuk bermimpi lebih besar. Suatu hari, datang kabar bahwa akan diadakan lomba karya tulis tingkat kabupaten. Tema yang diangkat adalah “Pahlawan Masa Kini”. Semua siswa diminta menuliskan tokoh yang mereka anggap sebagai pahlawan di masa sekarang. Raka sempat ragu, karena ia merasa tidak memiliki sosok luar biasa untuk ditulis. Namun, setelah merenung, ia teringat akan Pak Damar, seorang mantan guru yang meskipun sudah pensiun, masih rutin mengajar anak-anak di desa yang tidak mampu bersekolah. Raka mulai menulis kisah Pak Damar, menggambarkan bagaimana sang guru membangun ruang belajar sederhana di bawah pohon beringin, menggunakan papan tulis kecil, dan membawa buku-buku bekas dari kota. Anak-anak yang sebelumnya bermain tanpa arah kini rutin belajar membaca dan berhitung. Dalam tulisannya, Raka menyampaikan bahwa pahlawan sejati tidak harus berjuang dengan senjata, tapi bisa juga melalui ilmu dan ketulusan. Tulisan Raka akhirnya terpilih sebagai juara pertama. Dalam acara penganugerahan, Raka naik ke panggung dengan gugup namun bangga. Ia berkata, “Saya menulis bukan untuk menang, tapi untuk menunjukkan bahwa masih ada orang baik di sekitar kita. Mereka layak dikenang dan dihargai.” Sejak saat itu, ruang belajar Pak Damar semakin ramai, dan Raka pun mulai aktif membantu mengajar setiap akhir pekan.

Apa ide pokok dari paragraf pertama?

Soal nomor 2:
Di sebuah desa yang terletak di lereng pegunungan, tinggal seorang pemuda bernama Raka. Ia dikenal sebagai anak yang rajin, namun pendiam. Sehari-hari ia membantu orang tuanya bertani, sambil sesekali membaca buku yang ia pinjam dari sekolah. Raka sangat menyukai cerita-cerita petualangan. Baginya, kisah-kisah itu menjadi jendela untuk bermimpi lebih besar. Suatu hari, datang kabar bahwa akan diadakan lomba karya tulis tingkat kabupaten. Tema yang diangkat adalah “Pahlawan Masa Kini”. Semua siswa diminta menuliskan tokoh yang mereka anggap sebagai pahlawan di masa sekarang. Raka sempat ragu, karena ia merasa tidak memiliki sosok luar biasa untuk ditulis. Namun, setelah merenung, ia teringat akan Pak Damar, seorang mantan guru yang meskipun sudah pensiun, masih rutin mengajar anak-anak di desa yang tidak mampu bersekolah. Raka mulai menulis kisah Pak Damar, menggambarkan bagaimana sang guru membangun ruang belajar sederhana di bawah pohon beringin, menggunakan papan tulis kecil, dan membawa buku-buku bekas dari kota. Anak-anak yang sebelumnya bermain tanpa arah kini rutin belajar membaca dan berhitung. Dalam tulisannya, Raka menyampaikan bahwa pahlawan sejati tidak harus berjuang dengan senjata, tapi bisa juga melalui ilmu dan ketulusan. Tulisan Raka akhirnya terpilih sebagai juara pertama. Dalam acara penganugerahan, Raka naik ke panggung dengan gugup namun bangga. Ia berkata, “Saya menulis bukan untuk menang, tapi untuk menunjukkan bahwa masih ada orang baik di sekitar kita. Mereka layak dikenang dan dihargai.” Sejak saat itu, ruang belajar Pak Damar semakin ramai, dan Raka pun mulai aktif membantu mengajar setiap akhir pekan.

Siapa tokoh utama dalam teks tersebut?

Soal nomor 3:
Di sebuah desa yang terletak di lereng pegunungan, tinggal seorang pemuda bernama Raka. Ia dikenal sebagai anak yang rajin, namun pendiam. Sehari-hari ia membantu orang tuanya bertani, sambil sesekali membaca buku yang ia pinjam dari sekolah. Raka sangat menyukai cerita-cerita petualangan. Baginya, kisah-kisah itu menjadi jendela untuk bermimpi lebih besar. Suatu hari, datang kabar bahwa akan diadakan lomba karya tulis tingkat kabupaten. Tema yang diangkat adalah “Pahlawan Masa Kini”. Semua siswa diminta menuliskan tokoh yang mereka anggap sebagai pahlawan di masa sekarang. Raka sempat ragu, karena ia merasa tidak memiliki sosok luar biasa untuk ditulis. Namun, setelah merenung, ia teringat akan Pak Damar, seorang mantan guru yang meskipun sudah pensiun, masih rutin mengajar anak-anak di desa yang tidak mampu bersekolah. Raka mulai menulis kisah Pak Damar, menggambarkan bagaimana sang guru membangun ruang belajar sederhana di bawah pohon beringin, menggunakan papan tulis kecil, dan membawa buku-buku bekas dari kota. Anak-anak yang sebelumnya bermain tanpa arah kini rutin belajar membaca dan berhitung. Dalam tulisannya, Raka menyampaikan bahwa pahlawan sejati tidak harus berjuang dengan senjata, tapi bisa juga melalui ilmu dan ketulusan. Tulisan Raka akhirnya terpilih sebagai juara pertama. Dalam acara penganugerahan, Raka naik ke panggung dengan gugup namun bangga. Ia berkata, “Saya menulis bukan untuk menang, tapi untuk menunjukkan bahwa masih ada orang baik di sekitar kita. Mereka layak dikenang dan dihargai.” Sejak saat itu, ruang belajar Pak Damar semakin ramai, dan Raka pun mulai aktif membantu mengajar setiap akhir pekan.

Mengapa Raka merasa ragu mengikuti lomba?

Soal nomor 4:
Di sebuah desa yang terletak di lereng pegunungan, tinggal seorang pemuda bernama Raka. Ia dikenal sebagai anak yang rajin, namun pendiam. Sehari-hari ia membantu orang tuanya bertani, sambil sesekali membaca buku yang ia pinjam dari sekolah. Raka sangat menyukai cerita-cerita petualangan. Baginya, kisah-kisah itu menjadi jendela untuk bermimpi lebih besar. Suatu hari, datang kabar bahwa akan diadakan lomba karya tulis tingkat kabupaten. Tema yang diangkat adalah “Pahlawan Masa Kini”. Semua siswa diminta menuliskan tokoh yang mereka anggap sebagai pahlawan di masa sekarang. Raka sempat ragu, karena ia merasa tidak memiliki sosok luar biasa untuk ditulis. Namun, setelah merenung, ia teringat akan Pak Damar, seorang mantan guru yang meskipun sudah pensiun, masih rutin mengajar anak-anak di desa yang tidak mampu bersekolah. Raka mulai menulis kisah Pak Damar, menggambarkan bagaimana sang guru membangun ruang belajar sederhana di bawah pohon beringin, menggunakan papan tulis kecil, dan membawa buku-buku bekas dari kota. Anak-anak yang sebelumnya bermain tanpa arah kini rutin belajar membaca dan berhitung. Dalam tulisannya, Raka menyampaikan bahwa pahlawan sejati tidak harus berjuang dengan senjata, tapi bisa juga melalui ilmu dan ketulusan. Tulisan Raka akhirnya terpilih sebagai juara pertama. Dalam acara penganugerahan, Raka naik ke panggung dengan gugup namun bangga. Ia berkata, “Saya menulis bukan untuk menang, tapi untuk menunjukkan bahwa masih ada orang baik di sekitar kita. Mereka layak dikenang dan dihargai.” Sejak saat itu, ruang belajar Pak Damar semakin ramai, dan Raka pun mulai aktif membantu mengajar setiap akhir pekan.

Siapa yang akhirnya menjadi inspirasi tulisan Raka?

Soal nomor 5:
Di sebuah desa yang terletak di lereng pegunungan, tinggal seorang pemuda bernama Raka. Ia dikenal sebagai anak yang rajin, namun pendiam. Sehari-hari ia membantu orang tuanya bertani, sambil sesekali membaca buku yang ia pinjam dari sekolah. Raka sangat menyukai cerita-cerita petualangan. Baginya, kisah-kisah itu menjadi jendela untuk bermimpi lebih besar. Suatu hari, datang kabar bahwa akan diadakan lomba karya tulis tingkat kabupaten. Tema yang diangkat adalah “Pahlawan Masa Kini”. Semua siswa diminta menuliskan tokoh yang mereka anggap sebagai pahlawan di masa sekarang. Raka sempat ragu, karena ia merasa tidak memiliki sosok luar biasa untuk ditulis. Namun, setelah merenung, ia teringat akan Pak Damar, seorang mantan guru yang meskipun sudah pensiun, masih rutin mengajar anak-anak di desa yang tidak mampu bersekolah. Raka mulai menulis kisah Pak Damar, menggambarkan bagaimana sang guru membangun ruang belajar sederhana di bawah pohon beringin, menggunakan papan tulis kecil, dan membawa buku-buku bekas dari kota. Anak-anak yang sebelumnya bermain tanpa arah kini rutin belajar membaca dan berhitung. Dalam tulisannya, Raka menyampaikan bahwa pahlawan sejati tidak harus berjuang dengan senjata, tapi bisa juga melalui ilmu dan ketulusan. Tulisan Raka akhirnya terpilih sebagai juara pertama. Dalam acara penganugerahan, Raka naik ke panggung dengan gugup namun bangga. Ia berkata, “Saya menulis bukan untuk menang, tapi untuk menunjukkan bahwa masih ada orang baik di sekitar kita. Mereka layak dikenang dan dihargai.” Sejak saat itu, ruang belajar Pak Damar semakin ramai, dan Raka pun mulai aktif membantu mengajar setiap akhir pekan.

Apa yang dilakukan Pak Damar untuk membantu anak-anak di desa?

Soal nomor 6:
Di sebuah desa yang terletak di lereng pegunungan, tinggal seorang pemuda bernama Raka. Ia dikenal sebagai anak yang rajin, namun pendiam. Sehari-hari ia membantu orang tuanya bertani, sambil sesekali membaca buku yang ia pinjam dari sekolah. Raka sangat menyukai cerita-cerita petualangan. Baginya, kisah-kisah itu menjadi jendela untuk bermimpi lebih besar. Suatu hari, datang kabar bahwa akan diadakan lomba karya tulis tingkat kabupaten. Tema yang diangkat adalah “Pahlawan Masa Kini”. Semua siswa diminta menuliskan tokoh yang mereka anggap sebagai pahlawan di masa sekarang. Raka sempat ragu, karena ia merasa tidak memiliki sosok luar biasa untuk ditulis. Namun, setelah merenung, ia teringat akan Pak Damar, seorang mantan guru yang meskipun sudah pensiun, masih rutin mengajar anak-anak di desa yang tidak mampu bersekolah. Raka mulai menulis kisah Pak Damar, menggambarkan bagaimana sang guru membangun ruang belajar sederhana di bawah pohon beringin, menggunakan papan tulis kecil, dan membawa buku-buku bekas dari kota. Anak-anak yang sebelumnya bermain tanpa arah kini rutin belajar membaca dan berhitung. Dalam tulisannya, Raka menyampaikan bahwa pahlawan sejati tidak harus berjuang dengan senjata, tapi bisa juga melalui ilmu dan ketulusan. Tulisan Raka akhirnya terpilih sebagai juara pertama. Dalam acara penganugerahan, Raka naik ke panggung dengan gugup namun bangga. Ia berkata, “Saya menulis bukan untuk menang, tapi untuk menunjukkan bahwa masih ada orang baik di sekitar kita. Mereka layak dikenang dan dihargai.” Sejak saat itu, ruang belajar Pak Damar semakin ramai, dan Raka pun mulai aktif membantu mengajar setiap akhir pekan.

Bagaimana sikap Raka terhadap kemenangan lomba tersebut?

Soal nomor 7:
Di sebuah desa yang terletak di lereng pegunungan, tinggal seorang pemuda bernama Raka. Ia dikenal sebagai anak yang rajin, namun pendiam. Sehari-hari ia membantu orang tuanya bertani, sambil sesekali membaca buku yang ia pinjam dari sekolah. Raka sangat menyukai cerita-cerita petualangan. Baginya, kisah-kisah itu menjadi jendela untuk bermimpi lebih besar. Suatu hari, datang kabar bahwa akan diadakan lomba karya tulis tingkat kabupaten. Tema yang diangkat adalah “Pahlawan Masa Kini”. Semua siswa diminta menuliskan tokoh yang mereka anggap sebagai pahlawan di masa sekarang. Raka sempat ragu, karena ia merasa tidak memiliki sosok luar biasa untuk ditulis. Namun, setelah merenung, ia teringat akan Pak Damar, seorang mantan guru yang meskipun sudah pensiun, masih rutin mengajar anak-anak di desa yang tidak mampu bersekolah. Raka mulai menulis kisah Pak Damar, menggambarkan bagaimana sang guru membangun ruang belajar sederhana di bawah pohon beringin, menggunakan papan tulis kecil, dan membawa buku-buku bekas dari kota. Anak-anak yang sebelumnya bermain tanpa arah kini rutin belajar membaca dan berhitung. Dalam tulisannya, Raka menyampaikan bahwa pahlawan sejati tidak harus berjuang dengan senjata, tapi bisa juga melalui ilmu dan ketulusan. Tulisan Raka akhirnya terpilih sebagai juara pertama. Dalam acara penganugerahan, Raka naik ke panggung dengan gugup namun bangga. Ia berkata, “Saya menulis bukan untuk menang, tapi untuk menunjukkan bahwa masih ada orang baik di sekitar kita. Mereka layak dikenang dan dihargai.” Sejak saat itu, ruang belajar Pak Damar semakin ramai, dan Raka pun mulai aktif membantu mengajar setiap akhir pekan.

Apa nilai moral yang dapat diambil dari cerita ini?

Soal nomor 8:
Di sebuah desa yang terletak di lereng pegunungan, tinggal seorang pemuda bernama Raka. Ia dikenal sebagai anak yang rajin, namun pendiam. Sehari-hari ia membantu orang tuanya bertani, sambil sesekali membaca buku yang ia pinjam dari sekolah. Raka sangat menyukai cerita-cerita petualangan. Baginya, kisah-kisah itu menjadi jendela untuk bermimpi lebih besar. Suatu hari, datang kabar bahwa akan diadakan lomba karya tulis tingkat kabupaten. Tema yang diangkat adalah “Pahlawan Masa Kini”. Semua siswa diminta menuliskan tokoh yang mereka anggap sebagai pahlawan di masa sekarang. Raka sempat ragu, karena ia merasa tidak memiliki sosok luar biasa untuk ditulis. Namun, setelah merenung, ia teringat akan Pak Damar, seorang mantan guru yang meskipun sudah pensiun, masih rutin mengajar anak-anak di desa yang tidak mampu bersekolah. Raka mulai menulis kisah Pak Damar, menggambarkan bagaimana sang guru membangun ruang belajar sederhana di bawah pohon beringin, menggunakan papan tulis kecil, dan membawa buku-buku bekas dari kota. Anak-anak yang sebelumnya bermain tanpa arah kini rutin belajar membaca dan berhitung. Dalam tulisannya, Raka menyampaikan bahwa pahlawan sejati tidak harus berjuang dengan senjata, tapi bisa juga melalui ilmu dan ketulusan. Tulisan Raka akhirnya terpilih sebagai juara pertama. Dalam acara penganugerahan, Raka naik ke panggung dengan gugup namun bangga. Ia berkata, “Saya menulis bukan untuk menang, tapi untuk menunjukkan bahwa masih ada orang baik di sekitar kita. Mereka layak dikenang dan dihargai.” Sejak saat itu, ruang belajar Pak Damar semakin ramai, dan Raka pun mulai aktif membantu mengajar setiap akhir pekan.

Bagaimana perubahan yang terjadi setelah tulisan Raka menang lomba?

Soal nomor 9:
Di sebuah desa yang terletak di lereng pegunungan, tinggal seorang pemuda bernama Raka. Ia dikenal sebagai anak yang rajin, namun pendiam. Sehari-hari ia membantu orang tuanya bertani, sambil sesekali membaca buku yang ia pinjam dari sekolah. Raka sangat menyukai cerita-cerita petualangan. Baginya, kisah-kisah itu menjadi jendela untuk bermimpi lebih besar. Suatu hari, datang kabar bahwa akan diadakan lomba karya tulis tingkat kabupaten. Tema yang diangkat adalah “Pahlawan Masa Kini”. Semua siswa diminta menuliskan tokoh yang mereka anggap sebagai pahlawan di masa sekarang. Raka sempat ragu, karena ia merasa tidak memiliki sosok luar biasa untuk ditulis. Namun, setelah merenung, ia teringat akan Pak Damar, seorang mantan guru yang meskipun sudah pensiun, masih rutin mengajar anak-anak di desa yang tidak mampu bersekolah. Raka mulai menulis kisah Pak Damar, menggambarkan bagaimana sang guru membangun ruang belajar sederhana di bawah pohon beringin, menggunakan papan tulis kecil, dan membawa buku-buku bekas dari kota. Anak-anak yang sebelumnya bermain tanpa arah kini rutin belajar membaca dan berhitung. Dalam tulisannya, Raka menyampaikan bahwa pahlawan sejati tidak harus berjuang dengan senjata, tapi bisa juga melalui ilmu dan ketulusan. Tulisan Raka akhirnya terpilih sebagai juara pertama. Dalam acara penganugerahan, Raka naik ke panggung dengan gugup namun bangga. Ia berkata, “Saya menulis bukan untuk menang, tapi untuk menunjukkan bahwa masih ada orang baik di sekitar kita. Mereka layak dikenang dan dihargai.” Sejak saat itu, ruang belajar Pak Damar semakin ramai, dan Raka pun mulai aktif membantu mengajar setiap akhir pekan.

Apakah yang dimaksud Raka dengan “orang baik di sekitar kita”?

Soal nomor 10:
Di sebuah desa yang terletak di lereng pegunungan, tinggal seorang pemuda bernama Raka. Ia dikenal sebagai anak yang rajin, namun pendiam. Sehari-hari ia membantu orang tuanya bertani, sambil sesekali membaca buku yang ia pinjam dari sekolah. Raka sangat menyukai cerita-cerita petualangan. Baginya, kisah-kisah itu menjadi jendela untuk bermimpi lebih besar. Suatu hari, datang kabar bahwa akan diadakan lomba karya tulis tingkat kabupaten. Tema yang diangkat adalah “Pahlawan Masa Kini”. Semua siswa diminta menuliskan tokoh yang mereka anggap sebagai pahlawan di masa sekarang. Raka sempat ragu, karena ia merasa tidak memiliki sosok luar biasa untuk ditulis. Namun, setelah merenung, ia teringat akan Pak Damar, seorang mantan guru yang meskipun sudah pensiun, masih rutin mengajar anak-anak di desa yang tidak mampu bersekolah. Raka mulai menulis kisah Pak Damar, menggambarkan bagaimana sang guru membangun ruang belajar sederhana di bawah pohon beringin, menggunakan papan tulis kecil, dan membawa buku-buku bekas dari kota. Anak-anak yang sebelumnya bermain tanpa arah kini rutin belajar membaca dan berhitung. Dalam tulisannya, Raka menyampaikan bahwa pahlawan sejati tidak harus berjuang dengan senjata, tapi bisa juga melalui ilmu dan ketulusan. Tulisan Raka akhirnya terpilih sebagai juara pertama. Dalam acara penganugerahan, Raka naik ke panggung dengan gugup namun bangga. Ia berkata, “Saya menulis bukan untuk menang, tapi untuk menunjukkan bahwa masih ada orang baik di sekitar kita. Mereka layak dikenang dan dihargai.” Sejak saat itu, ruang belajar Pak Damar semakin ramai, dan Raka pun mulai aktif membantu mengajar setiap akhir pekan.

Apa latar tempat utama dalam cerita ini?