Soal nomor 9:
Stimulus:
Malam itu hujan turun sangat deras. Jalanan tampak sepi dan basah, hanya sesekali terlihat kendaraan yang melintas dengan lampu sorot menembus kabut tipis. Di sebuah rumah sederhana di pinggir kota, Rina duduk di depan meja belajarnya. Ia sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba menulis cerita pendek tingkat nasional. Ini adalah kali pertama ia memberanikan diri mengikuti lomba besar. Sejak kecil, Rina memang gemar menulis, tetapi baru kali ini ia merasa tulisannya cukup layak untuk dikirimkan.
Beberapa hari sebelumnya, guru bahasa Indonesia-nya, Bu Ratna, membaca salah satu cerpen karya Rina yang dipublikasikan di mading sekolah. Bu Ratna langsung menyarankan agar Rina mengikuti lomba tersebut. “Tulisanmu punya emosi dan kedalaman. Jangan takut untuk menunjukkan bakatmu,” kata Bu Ratna memberi semangat. Sejak saat itu, Rina mulai serius mengembangkan idenya, membaca ulang buku-buku cerpen favoritnya, dan menyusun kerangka cerita.
Hari demi hari, Rina terus menulis dan merevisi. Ia dibantu oleh sahabatnya, Dita, yang sering menjadi pembaca pertama karyanya. Dita memberi masukan tentang alur dan penokohan, sementara Bu Ratna membantu memperbaiki ejaan dan diksi. Proses menulis itu tidak mudah. Ada kalanya Rina merasa buntu, kehilangan ide, bahkan ingin menyerah. Namun, dukungan dari orang-orang di sekitarnya membuatnya tetap semangat.
Akhirnya, malam sebelum batas pengumpulan, Rina menyelesaikan tulisannya dan mengirimkan naskah ke panitia lomba secara daring. Ia merasa lega, meski masih ragu apakah tulisannya cukup bagus. Keesokan harinya, Rina tidak menyangka mendapat telepon dari panitia lomba. Suaranya bergetar saat mendengar bahwa ia masuk dalam 10 besar nasional dan akan diundang ke Jakarta untuk menghadiri malam penghargaan. Tangis haru pecah di rumah itu, bukan karena kemenangan semata, tetapi karena keberanian untuk mencoba telah membuahkan hasil.
Apa yang dilakukan Rina setelah mendapat saran dari Bu Ratna?
Pilih Jawaban:
Pilih satu jawaban paling tepat.